Assalamualaikum, Ahlan Wa Sahlan, Welcome, Sugeng Rawuh,Selamat Datang, Sumimasen, Kya halle, Lai La


Rabu, September 17, 2008

Niat Baik Berbuah Pahit

Alkisah di Pasuruan hiduplah seorang pengusaha sarang burung wallet bernama H. Syaikhon. Sang saudagar mempunyai kebiasaan mulia yaitu setiap bulan Ramadhan senantiasa membagikan zakat kepada fakir miskin, karena itu tak heranlah jika warga sekitar mengenalnya sebagai seorang yang dermawan. Demikian pun untuk tahun ini, dengan memanfaatkan fasilitas radio setempat, sang saudagar mengumumkan bahwa sang saudagar akan memberikan zakat kepada kaum dhuafa sebesar Rp.30.000,-. Ditengah ekonomi nasional yang carut marut seperti sekarang, dengan angka pengangguran dan jumlah penduduk miskin yang semakin menjulang, tentu kabar tersebut bak seperti angin yang dihembuskan dari surga. Hal ini terbukti dari tak kurang hadir 5000an manusia memadati tempat sang saudagar.
Acara yang kiranya akan diselenggarakan pukul sembilan pagi, senyatanya sejak pukul tujuh tempat sang saudagar telah dipenuhi oleh orang-orang yang berharap hari itu mendapat tambahan hidup sebesar Rp.30.000,-. Lokasi yang kecil tidak sebanding dengan lautan manusia saat itu. Pintu pagar yang kecil hanya mampu dimasuki oleh satu orang membuat antrian manusia menjadi kacau. Saling dorong, saling sikut, saling himpit semua berebut ingin menjadi yang terdepan semua ingin kebagian zakat. Hingga akhirnya acara social tersebut berubah menjadi ‘Petaka Pasuruan’. 21 orang tewas karena terinjak-injak maupun mati lemas karena kehabisan oksingen, 13 orang yang lain dirawat dirumah sakit. Tragis!
Salahkan sang saudagar??
Ga adil rasanya jika ia harus dinyatakan bersalah. Ia hanya seseorang yang tergerak hatinya untuk menyisihkan sedikit dari hartanya untuk membantu kaum tak punya. Tapi sekarang lihat, anak sang saudagar kini secara resmi oleh Kepolisian RI telah dinyatakan sebagai Tersangka dengan sangkaan telah melakukan pelanggaran terhadap pasal 359 KUHP karena kelalaian yang menyebabkan kematian. Sebagai manusia, nurani saya berontak. Sang saudagar hanya ingin beribadah. Kita tidak bisa memaksanya untuk beramal lewat Badan Zakat Nasional. Itu hak asasinya. Yang harus kita kritisi adalah mencari akar rumput yang akhirnya semoga bias diambil hikmahnya oleh kita semua.
Kemiskinan….kemiskinan lah akar rumput dari semua ini. Toh ini bukan kali pertama. Hal serupa pernah terjadi sebelumnya tahun 2003 di Pejaten, Jakarta yang memakan korban tewas 4 orang, atau coba lihat pemandangan ketika BLT dibagikan, ribuan masyarakat miskin juga berdesakan guna memperoleh beberapa lembur uang ratus ribuan. Masih kurang juga…..coba lihat bagaimana pemandangan ketika sebuah pasar murah diselenggarakan. Hal serupa pun sering kita temui. Ini bukan hal baru dinegeri ini..
Begitu banyak contoh telah ada. Tapi semua tidak pernah menjadi pelajaran bagi negeri ini.
Kemiskinan…..semua karena kemiskinan, wajah negeri ini penuh dengan kemiskinan. Mulai dari pengangguran, gelandangan disudut kota, makanan basi, daging gelongdongan, hingga makanan bekas yang diolah kembali! Semua karena kemiskinan.
Pasti ada yang salah dengan system di negeri ini. Petani yang seharusnya kaya tidak demikian adanya, negeri kita kaya akan dengan minyak, gas, timah, batu bara namun kita miskin akan itu semua. Semua bidang penghidupan yang menguasai hajat hidup orang banyak tersebut justru dikuasai kolaborat asing, negara yang seharusnya menguasai sebagaimana diamanatkan dalam pasal 33 UUD 1945 justru menjadi kebalikannya.
Kita perlu pemimpin yang betul-betul kuat yang mampu dan kosnsisten untuk mencanangkan new deal dalam menegakan dan membangun perekonomian nasional dengan berasas pada pasal 33 UUD 1945, yang mampu membalik orientasi kapitalis menjadi kembali kepada orientasi kerakyatan sebagaimana yang dicita-citakan para founder negeri ini. Ah….saya hanya bias berharap semoga Pemilu 2009 nanti Tuhan mengirim negeri ini sang pemimpin yang sebenarnya.

Tidak ada komentar: